Minggu, 07 Desember 2025

Published Desember 07, 2025 by Media Dakwah with 0 comment

Lima Obat Hati

 


5 Obat Hati

Seorang Ulama Sufi, Ibrahim Al-Khawwas berkata: 

دَوَاءُ الْقَلْبِ خَمْسَةُ أَشْيَاءٍ: قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ بِالتَّدَبُّرِ، وَخَلَاءُ الْبَطْنِ، وَقِيَامُ اللَّيْلِ، وَالتَّضَرُّعُ عَنِ السِّحْرِ، وَمُجَالَسَةُ الصَّالِحِينَ

Artinya, “Obat hati itu ada lima: mambaca Quran dengan merenungi (tadabbur) maknanya, mengosongkan perut (puasa), menegakkan malam (dengan beribadah), berdzikir khusyuk di waktu sahur, dan bergaul dengan orang-orang saleh.

Read More
Published Desember 07, 2025 by Media Dakwah with 0 comment

Perintah Tadabbur Al-Quran

 

Dalam kitab At-Tibyan Fi hamalatil Qur'an disebutkan bahwa ketika seorang membaca Al-Quran hendaknya membaca dengan keadaan hati yang khusyu' dan mentadabburi apa yang dibaca, sehingga ia tidak hanya mendapat keutamaan membaca Al-Quran, tapi juga memperoleh hikmah dari mentadabbur Al-Quran. 

Sebagaimana di sebutkan dalam Al-Quran Allah SWT berfirman,

أَفَلا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ

Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur'an? .... (QS. An-Nisa : 82)

Dalam ayat lain disebutkan.

كِتَابٌ أَنزلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الألْبَابِ

Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran. (Shad: 29)

Lalu apa yang dimaksud dengan tadabbur Al-Qur'an  

Seorang ahli Ilmu Fawwaz Ahmad Zamraly dalam bukunya Kayfa Tadabbur Al-Quran mengatakan bahwa tadabbur Al-Quran adalah kegiatan membaca Al-Quran yang dirangkaikan dengan pemahaman yang mendalam dan komprehensif terhadap apa yang dibaca dari ayat-ayat Al-Quran. Pembacaan ini disertai dengan hadirnya hati untuk menyelaminya dan menghayatinya, tunduk dan patuhnya seluruh anggota badan untuk mengamalkan segala sesuatu yang dituntut oleh Al-Quran untuk diamalkan.

Jadi, dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ada tiga unsur penting dalam tadabbur Al-Quran, yaitu 1) membaca Al-Quran dengan lidah, 2) memahami dengan akal pikiran apa yang dibaca, 3) menghayati dengan hati apa yang dibaca, dan 4) mengamalkan dengan seluruh anggota badan apa yang dituntut oleh Al-Quran.

Fawwaz Ahmad Zamraly selanjutnya mengatakan bahwa, “Seorang mukmin yang berakal waras dan sehat, apabila dia membaca Al-Quran dia harus memahami, mendalami dan menghayati Al-Quran sehingga Al-Quran bagaikan cermin yang dengannya dia dapat melihat di dalam Al-Quran apa yang baik yang harus dilakukan, dan dapat melihat yang buruk yang harus ditinggalkan. Apa yang diminta ditinggalkan oleh Al-Quran, harus dia tinggalkan. Apa yang diminta ditakuti dari siksaannya, dia harus takuti. Apa yang dicintai dan disukai oleh Allah, harus dia penuhi dan mengharapkannya.

Al-Hasan Al-Basri mengatakan, "Demi Allah, bukanlah cara mengambil pelajaran dari Al-Qur'an itu dengan menghafal huruf-hurufnya, tetapi menyia-nyiakan batasan-batasannya, sehingga seseorang dari mereka (yang tidak mengindahkan batasan-batasannya) mengatakan" Aku telah membaca seluruh Al-Qur'an', tetapi pada dirinya tidak ada ajaran Al-Qur'an yang disandangnya, baik pada akhlaknya ataupun pada amal perbuatannya."

Dari pembahasan ini semoga menjadi motivasi untuk lebih dekat dengan Al-Quran dengan tidak hanya istiqomah membacanya tapi juga mentadabburi Al-Quran.

 

وَاءُ الْقَلْبِ خَمْسَةُ أَشْيَاءٍ: قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ بِالتَّدَبُّرِ، وَخَلَاءُ الْبَطْنِ، وَقِيَامُ اللَّيْلِ، وَالتَّضَرُّعُ عَنِ السِّحْرِ، وَمُجَالَسَةُ الصَّالِحِينَ Artinya, “Obat hati itu ada lima: mambaca Quran dengan merenungi (tadabbur) maknanya, mengosongkan perut (puasa), menegakkan malam (dengan beribadah), berdzikir khusyuk di waktu sahur, dan bergaul dengan orang-orang saleh.”

Sumber: https://www.nu.or.id/hikmah/ibrahim-al-khawwash-ulama-sufi-pemilik-segudang-kata-mutiara-dPw5U


___
Download NU Online Super App, aplikasi keislaman terlengkap! https://nu.or.id/superapp (Android/iOS)
دَوَاءُ الْقَلْبِ خَمْسَةُ أَشْيَاءٍ: قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ بِالتَّدَبُّرِ، وَخَلَاءُ الْبَطْنِ، وَقِيَامُ اللَّيْلِ، وَالتَّضَرُّعُ عَنِ السِّحْرِ، وَمُجَالَسَةُ الصَّالِحِينَ Artinya, “Obat hati itu ada lima: mambaca Quran dengan merenungi (tadabbur) maknanya, mengosongkan perut (puasa), menegakkan malam (dengan beribadah), berdzikir khusyuk di waktu sahur, dan bergaul dengan orang-orang saleh.”

Sumber: https://www.nu.or.id/hikmah/ibrahim-al-khawwash-ulama-sufi-pemilik-segudang-kata-mutiara-dPw5U


___
Download NU Online Super App, aplikasi keislaman terlengkap! https://nu.or.id/superapp (Android/iOS)
Read More

Kamis, 27 November 2025

Published November 27, 2025 by Media Dakwah with 0 comment

Bait Burdah ke 103-104

 لا تعجبن لحسود راح ينكرها 

تجا هلا وهو عين الحا ذق الفهم

Jangan heran, orang hasud berjalan mengingkari. Berpura-pura bodoh padahal ia memahami 

Setelah penyair mensifatkan ayat-ayat Al-Quran dengan sifat-sifat yang disebutkan pada bait-bait sebelumnya, sehingga seseorang merasakan bagaimana menakjubkannya ayat-ayat Al-Quran. dan ketika ia berkata, "kalau demikian kenapa orang-orang kafir itu tetatp ingkar? 

kemudian dijawab dalam bait  لا تعجبن--- yaitu seharusnya tidak usah heran dengan keaadaan mereka orang-orang kafir, karena penyebabnya di sini adalah kedengkian (sifat hasud) yang menyebabkan mereka orang-orang kafir tetap ingkar terhadap keagungan Al-Quran yang sudah jelas dan tampak oleh mata mereka. mereka berpura-pura bodoh walau sebenarnya mereka mengetahui keagungan Al-Quran

 قد تنكر العين ضوء الشمس من رمد

وينكر الفم طعم الماء من سقم

Mata sakit tak percaya cahaya matahari, Rasa air, mulut sakit mengingkari 

Keadaan orang yang sedang terkena penyakit hasud yaitu seperti mata yang sedang sakit sehingga tidak dapat melihat sinar matahari. dan seperti mulut yang sakit yang tidak dapat mersakan rasanya air  

Keterangan bahaya sifat hasud (dengki) dalam kitab Bidayatul hidayah

القول في معاصى القلب


اعلم أن الصفات المذمومة في القلب كثيرة، وطريق تطهيرِ القلبِ من رذائلها طويلة، وسبيلَ العلاج فيها غامض، وقد اندرسَ بالكلية علمُه وعمَله؛ لغفلة الخلق عن أنفسهم واشتغالهم بزخارفِ الدنيا.


وقد استقصينا ذلك كله في كتاب (إحياء علوم الدين) في رُبع المهلكات وربع المنجيات، ولكنا نحذرك؛ فإنها مهلكات في أنفسها، وهي أمهات لجملة من الخبائب سواها: وهي الحسد، والرياء، والعجب؛ فاجتهد في تطهير قلبك منها؛ فإن قدرتَ عليها فتعلم كيفيةَ الحذَر من بقيتها من ربع المهلكات. فإن عجزت عن هذا، فأنت عن غيره أعجز.
ولا تظن أنك تَسلمُ بنية صالحة في تعَلَّم العلم، وفي قلبك شيء من الجسد والرياء والعجب، وقد قال صلى الله عليه وسلم: (ثلاث مهلكات: شح مطاع، وهوى متبع، وإعجاب المرء بنفسه(

الحسد

أما الحسد: فهو متشعب من الشُّحِّ، فإن البخيلَ هو الذي يَبخل بما في يده على غيره، والشحيح هوالذي يبخل بنعمة الله تعالى وهي في خزائن قدرته تعالى، لا في خزائنه، على عباد الله فشحُّه أعظم، والمحسود هو الذي يشُقُّ عليه إنعامُ الله تعالى من خِزائن قُدرته، على عبد من عباده بعلم أو مال أو محبة في قلوب الناس، أو حظّ من الحظوظ، حتى أنه ليُحب زوالها عنه، وإن لم يحصُل له بذلك شيء من تلك النعمة؛ فهذا منتهى الخبث؛ فلذلك قال النبي صلى الله عليه وسلم: )الحسد يأكل الحسنات كما تأكل النارالحطب(


والحسود هو المعذَّب الذي لا يُرحَم، ولا يزال في عذاب دائم في الدنيا إلى موته، ولعذابُ الآخرة أشد وأكبر.


بل لا يصِلُ العبدُ إلى حقيقة الإيمان ما لم يُحِبَّ لسائر الناس ما يُحِبُّ لنفسه، بل ينبغي ان يساهِمَ المسلمين في السراء والضراء؛ فالمسلمون كالبنيان الواحد يشد بعضه بعضا، وكالجسد الواحد إذا اشتكى منه عضو اشتكى سائر الجسد. فإن كنت لا تُصادفُ هذا من قلبك، فاشتغالك بطلب التَخَلَّصِ من الهَلَاك أهم من اشتغالك بنوادر الفروع وعلم الخصومات.


Read More
Published November 27, 2025 by Media Dakwah with 0 comment

Khutbah Jumat, Bahaya Hawa Nasfu

 


Khutbah I 

الْحَمْدُ لِلهِ وَاسِعِ الْفَضْلِ وَالْاِحْسَانِ، وَمُضَاعِفِ الْحَسَنَاتِ لِذَوِي الْاِيْمَانِ، اَلْغَنِيِّ الَّذِيْ لَمْ تَزَلْ سَحَائِبُ جُوْدِهِ تَسِحُّ الْخَيْرَاتِ كُلَّ وَقْتٍ وَأَوَانٍ، العَلِيْمِ الَّذِيْ لَا يَخْفَى عَلَيْهِ خَوَاطِرُ الْجَنَانِ، اَلْحَيِّ الْقَيُّوْمِ الَّذِيْ لَاتَغِيْضُ نَفَقَاتُهُ بِمَرِّ الدُّهُوْرِ وَالْأَزْمَانِ. أَحْمَدُهُ حَمْدًا يَفُوْقُ الْعَدَّ وَالْحُسْبَانَ، وَأَشْكُرُهُ شُكْرًا نَنَالُ بِهِ مِنْهُ مَوَاهِبَ الرِّضْوَانِ

أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ دَائِمُ الْمُلْكِ وَالسُّلْطَانِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَخِيْرَتُهُ مِنْ نَوْعِ الْاِنْسَانِ، نَبِيٌّ رَفَعَ اللهُ بِهِ الْحَقَّ حَتَّى اِتَّضَحَ وَاسْتَبَانَ.

اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ وَالْاِحْسَانِ.

أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَايَ أَوَّلاً بِتَقْوَى اللهِ تَعَالىَ وَطَاعَتِهِ بِامْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ.

 قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: اَلَّذِيۡنَ يُنۡفِقُوۡنَ اَمۡوَالَهُمۡ بِالَّيۡلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَّعَلَانِيَةً فَلَهُمۡ اَجۡرُهُمۡ عِنۡدَ رَبِّهِمۡۚ وَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُوۡنَ‏

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah 

Kami selaku Khatib tak henti-hentinya mengajak dan mengingatkan kepada kami sendiri, keluarga dan semua jamaah yang hadir pada pelaksanaan shalat Jumat ini, untuk terus meningkatkan iman dan takwa, serta mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. 

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah 

Sebagai manusia kita dituntut untuk waspada dan berhati-hati terhadap nafsu buruk yang menunggu lengahnya diri seseorang jatuh pada kesenangan nafsu. Hawa nafsu adalah keinginan yang ada pada diri manusia yang sering kali mengarah pada hal-hal yang bertentangan dengan syariat Allah.

Dalam banyak ayat dan hadist disebutkan cela hawa nafsu sebagai inti dari akhlak buruk, nampak dalam perbuatan dan terselubung dengan sesuatu yang menutupinya dan sebagai pintu masuk kejahatan. 

Sebuah hadis Qudsi dalam Al-Kafi dari Imam Baqir dikatakan, Nabi Muhammad SAW telah bersabda, Allah SWT berfirman, Demi Kemulian-Ku, kebesaran-Ku, cahaya-Ku, keagungan-Ku, dan demi tingginya derajat-Ku, jika hamba-Ku lebih memilih hawa nagsunya dari pada harapan-Ku, Aku jadikan dia dalam kebingungan. Aku jadikan hidupnya di dunia ini dalam kesusahan dan hatinya terpikat pada dunia ini meskipun tidak Aku berikan kepadanya apa pun selain dari pada yang telah Aku takdirkan baginya. Demi kehormatan-Ku, kemualian-Ku, bila hamba-Ku lebih menyukai apa yang menjadi harapan-Ku dari pada hawa nafsu-Nya, malaikat-malaikat akan melindunginya, langit dan bumi akan menjamin rezeqi baginya, dan Aku menjaga jalan (perdagangan amal dan pahalnya) dan membawakan dunia untuknya meskipun ia (bumi) enggan dan menolaknya.

Hadist Qudsi tersebut adalah hadist sahih, yang teks dan kata-katanya memberi kesaksian akan keasliannya, dan sumbernya tak lain adalah Allah SWT, sumber dari semua pengetahuan.

Allah SWT berfirman dalam surat Al-Jatsiyah 23:

أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلا تَذَكَّرُونَ (23(

Artinya :  Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya, dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkan­nya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?. (Al-Jatsiyah: 23)

 

Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam surat Al-A’raf:186:

مَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَلا هَادِيَ لَهُ وَيَذَرُهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ(186(

Artinya :Barang siapa yang Allah sesatkan, maka baginya tak ada orang yang akan memberi petunjuk. Dan Allah membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan. (Al-A'raf: 186)

 

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah 

Amirul Mukminin, Ali bin Ali Thalib mengatakan, “Aku khawatir atas kamu dua hal, yaitu sikap tunduk pada hawa nafsu dan memelihara keinginan yang tak terkendali. Karena nafsu itu menjauhkan kita dari haq (kebenaran, takwa, dan Allah); dan karena pengharapan yang tak terkendali membuat orang lupa akan hari kemudian.

Imam Asy-Sya’bi berkata : “dinamakan hawa (nafsu) karena menjatuhkan pemiliknya ke dalam neraka”. Maka hawa (nafsu) biang keladi dari semua celaka.

Dalam Al-Kafi, Imam Ja’far Ash-Shadiq berkata, berhati-hatilah terhadap nafsumu sebagaimana engkau berjaga diri dari musuhmu karena tidak ada musuh yang lebih berbahaya bagi manusia daripada nafsu mereka sendiri dan akibat dari segala yang mereka katakan. Ingatlah bahwa nafsu itu tidak ada habisnya dan takkan pernah terpuaskan. Bila seseorang melangkah setapak untuk menurutinya, ia akan terikat untuk melangkah lebih jauh. Jika ia tunduk pada salah satu nafsunya, ia akan segera dipaksa mengikuti sejumlah nafsu lain lagi. Jadi, setiaplangkah tunduk (pada nasfu) akan membuka dirimu terhadap sejumlah watak tercela yang menggiringnya dan melalui itu semua, engkau akan menjadi korban seribu macam hal yang amat dibenci, semua jalan menuju Allah tertutup bagi manusia yang menjadi budak nafsu”.

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah. di akhir khutbah ini mari kita terus memohon kepada Allah untuk diberi kekuatan dan keistiqomahan dalam ketaatan dan ibadah dan selau dipermudah untuk menuju jalan yang diridhoi Allah SWT.


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

 Khutbah II 

اَلْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلَهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمِ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، اَلْمَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ

 أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

 اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

 عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 

Read More

Rabu, 26 November 2025

Published November 26, 2025 by Media Dakwah with 0 comment

Materi untuk Penyuluhan kitab burdah bait 19-20

Bait Burdah ke-19 :

وَالنَّفْسُ كَالطِّفْلِ اِنْ تُهْمِلْهُ شَبَّ عَلى 

حُبِّ الرَضَاعِ وَاِنْ تَفْطِمْهُ يَنْفَطِمِ

 “Nafsu itu ibarat bayi, jika dirinya tetap menyusu ia akan terus menyusu, bila ia disapih maka ia akan berhenti.”

Setelah membicarakan keburukan hawa nafsu dan siasat/cara dalam mengalahkan hawa nafsu. Dalam bait ini penyair memperkuat ikhtiyar seorang yang sedang melawan nafsunya, bahwa dengan usanya yang kuat maka akan dapat memutus atau mengakhiri kemaksiatan yang berasal dari dorongan hawa nafsu dan Penyair mengibaratkan nafsu seperti bayi dengan Asi ibunya, dimana jika bayi terus tetap menyusu, maka bayi tersebut akan terus menyusu, bila ia disapih maka ia akan berhenti.

Sebagain ulama ditanya tentang Islam,

سُئِلَ بَعْضُهُمْ عَنِ الْأِسْلَامِ فَقَاَل ذَبْحُ النَّفْسِ بِسَيْفِ الْمُجَاهَدَةِ وَمَدَى الْمُخَالَفَةِ

Kemudian dijawab, Yaitu dengan membunuh hawa nafsunya dengan pedang mujahadah dan terus melawan keinginan hawa nafsu.

Ketika keterangan bait ini dikaitkan dengan bait sebelumnya فَلَا تَرُمْ باِلْمَعَاصِي كَسْرَشَهْوَتِهَا Maka jangan berharap dapat memecah syahwat dengan melakukan suatu kemaksiatan” artinya seorang yang ingin terbebas dari kebiasaan maksiat harus berhenti dari apa yang menjadi kebiasaanya. karena sesungguhnya syahwat Nafsu dalam kemaksiatan itu seperti seperti bayi, yang   jika dirinya tetap menyusu ia akan terus menyusu, bila ia disapih maka ia akan berhenti.

Artinya membiarkan dan mengabaikan hawa nafsu dalam dirinya, serta tidak ada penolakan dalam dirinya ketika nafsu menggoda untuk maksiat, maka kecenderungan terhadap maksiat akan menjadi kuat. Tetapi apabila ia meninggalkan kecenderungan yang mendesak untuk melakukan keburukan dan menyempurnakannya dengan melakukan riyadoh dan ketaatan, maka ia akan dihiasi dengan perhiasaan orang-orang yang taat, dan akan dihiasi dengan pakaian orang-orang yang bertakwa, dan akan bersinar dengan cemerlangnya sinar ilmu-ilmu keyakinan dan pengetahuan tentang Ketuhanan.

 

Bait Burdah ke-20 :

فَاصْرِفْ هَوَاهَا وَحَاذِرْ أَنْ تُوِلِّيَهُ 

إِنَّ اْلهَوى مَا تَوَلّى يُصِمْ أَوْيَصِم

Hindarilah keinginan nafsu, dan waspadalah agar nafsu tidak menguasaimu, sesungguhnya hawa nafsu itu apabila berkuasa akan membunuh atau menjelekan

 

Dalam bait ini penggunaan kata  حاذر mengandung suatu isyarat untuk waspada dan berhati-hati terhadap nafsu yang menunggu lengahnya diri seseorang jatuh pada kesenangan nafsu. Berpaling dari keinginan buruk nafsu dengan tidak mengikuti keinginannya sebab nafsu amarah mengajak kepada kesesatan tiada kebaikan baginya.

Imam al-Bajuri mengingatkan, bahwa nafsu itu melemparkan manusia kepada keinginan buruknya (hawa nafsu). Maka apabila hawa nafsu diberi kekuasaan dan berkuasa akan membuat seseorang hancur dan membuat cela pada dirinya.

Amirul Mukminin, Ali bin Ali Thalib mengatakan, “Aku khawatir atas kamu dua hal, yaitu sikap tunduk pada hawa nafsu dan memelihara keinginan yang tak terkendali. Karena nafsu itu menjauhkan kita dari haq (kebenaran, takwa, dan Allah); dan karena pengharapan yang tak terkendali membuat orang lupa akan hari kemudian.

Secara harfiah, kata “hawiyah” berarti mencintai, menggairahi, sangat menyukai sesuatu. Sesuatu sangat dikehendaki seseorang karena dorongan alamiyahnya. Jika tidak dikendalikan oleh akal dan syariat Islam maka wujud jasmaniah manusia cenderung pada gairah dan nafsu. Aka tetapi, kemungkinan penggunaan “hawa” sebagai istilah yang sah di sini (haqiqah Syar’iyyah) adalah dengan arti khusus, yakni kecenderungan pada isyarat-isyarat setan untuk menetapkan tujuan hidup demi kepuasan di luar syariat yang telah ditetapkan oleh Sang Pencipta.

Keburukan sikap tunduk pada nasfu menurut Al-Quran sebagaimana difirmankan oleh Allah SWT dalam surat Al-Qashah ayat 50-51:

فَإِنْ لَمْ يَسْتَجِيبُوا لَكَ فَاعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ أَهْوَاءَهُمْ وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنَ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِنَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (50) وَلَقَدْ وَصَّلْنَا لَهُمُ الْقَوْلَ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ (51(

Artinya : Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikit pun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. Dan sesungguhnya telah Kami turunkan berturut-turut perkataan ini (Al-Qur'an) kepada mereka agar mereka mendapat pelajaran.(QS. Suart Al- Qashah: 50-51)

Ayat di atas menegaskan bahwa Allah SWT. Mencela tunduk pada nafsu. Dalam sebuah hadis Qudsi dalam Al-Kafi dari Imam Baqir dikatakan, Nabi Muhammad SAW telah bersabda, Allah SWT berfirman, Demi Kemulian-Ku, kebesaran-Ku, cahaya-Ku, keagungan-Ku, dan demi tingginya derajat-Ku, jika hamba-Ku lebih memilih hawa nagsunya dari pada harapan-Ku, Aku jadikan dia dalam kebingungan. Aku jadikan hidupnya di dunia ini dalam kesusahan dan hatinya terpikat pada dunia ini meskipun tidak Aku berikan kepadanya apa pun selain dari pada yang telah Aku takdirkan baginya. Demi kehormatan-Ku, kemualian-Ku, bila hamba-Ku lebih menyukai apa yang menjadi harapan-Ku dari pada hawa nafsu-Nya, malaikat-malaikat akan melindunginya, langit dan bumi akan menjamin rezeqi baginya, dan Aku menjaga jalan (perdagangan amal dan pahalnya) dan membawakan dunia untuknya meskipun ia (bumi) enggan dan menolaknya.

Hadist Qudsi tersebut adalah hadist sahih, yang teks dan kata-katanya memberi kesaksian akan keasliannya, dan sumbernya tak lain adalah Allah SWT, sumber dari semua pengetahuan.

Dalam banyak ayat dan hadist disebutkan cela hawa nafsu sebagai inti dari akhlak buruk, nampak dalam perbuatan dan terselubung dengan sesuatu yang menutupinya dan sebagai pintu masuk kejahatan. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Jatsiyah 23:





أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلا تَذَكَّرُونَ (23(

Arttinya : Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya, dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkan­nya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?. (Al-Jatsiyah: 23)

 

Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:

مَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَلا هَادِيَ لَهُ وَيَذَرُهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ(186(

Artinya : Barang siapa yang Allah sesatkan, maka baginya tak ada orang yang akan memberi petunjuk. Dan Allah membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan. (Al-A'raf: 186)

Imam Asy-Sya’bi berkata : “dinamakan hawa (nafsu) karena menjatuhkan pemiliknya ke dalam neraka”. Maka hawa (nafsu) biang keladi dari semua celaka.

Dalam Al-Kafi, Imam Ja’far Ash-Shadiq berkata, berhati-hatilah terhadap nafsumu sebagaimana engkau berjaga diri dari musuhmu karena tidak ada musuh yang lebih berbahaya bagi manusia daripada nafsu mereka sendiri dan akibat dari segala yang mereka katakan. Ingatlah bahwa nafsu itu tidak ada habisnya dan takkan pernah terpuaskan. Bila seseorang melangkah setapak untuk menurutinya, ia akan terikat untuk melangkah lebih jauh. Jika ia tunduk pada salah satu nafsunya, ia akan segera dipaksa mengikuti sejumlah nafsu lain lagi. Jadi, setiaplangkah tunduk (pada nasfu) akan membuka dirimu terhadap sejumlah watak tercela yang menggiringnya dan melalui itu semua, engkau akan menjadi korban seribu macam hal yang amat dibenci, semua jalan menuju Allah tertutup bagi manusia yang menjadi budak nafsu”


Read More